BELAJAR tak harus di lingkungan kelas yang serius. Pusat Bahasa Perancis di Pusat Kebudayaan Perancis (Centre Culturel Français/CCF) Salemba, Jakarta, memberi contoh. Di sana pembelajaran berlangsung serius, tetapi lingkungan belajar yang digunakan terkesan santai dan nyaman. Ada kafe menghadap taman mungil. Perpustakaan, berikut ruang internet, tak hanya menyediakan ribuan komik, majalah, dan buku berbahasa Perancis.
RUANG perpustakaan terdiri atas dua lantai dengan ruang terbuka berbentuk oval penuh berisi buku yang tertata rapi. Tidak hanya itu, ada ruang untuk menonton film meski yang cukup untuk 20 tempat duduk. Juga ada ruang ekshibisi bagi mereka yang menggelar karya seninya.
Hingga kini, jumlah orang Indonesia yang belajar bahasa Perancis cukup tinggi. Menurut Hervè Guillou, Direktur Kursus Bahasa Perancis, rata-rata ada 2.700 siswa per semester atau 5.400 siswa per tahun. Mereka belajar di kelas ekstensif (84 jam selama 21 minggu) masing-masing dua jam per kursus atau empat jam per sekali kursus, biasanya hari Sabtu. Kelas semi-intensif bahasa Perancis umum selama 140 jam (14 minggu), kelas intensif selama 140 jam (tujuh minggu), dan kursus untuk anak-anak selama 27 jam (sembilan minggu). Setiap hari dari pukul 08.00 sampai malam, kecuali hari Minggu, ada kursus. Bagi peserta kursus, Sabtu adalah hari favorit. "Semua ingin kursus hari Sabtu, tetapi tempat terbatas," ujar Didi, staf CCF Salemba.
SUDAH 20 tahun CCF menggelar kursus bahasa Perancis di Jakarta. Menurut Guillou yang juga Wakil Direktur CCF Jakarta, peserta kursus umumnya ingin mampu berkomunikasi dalam bahasa Perancis. Maka, sejak awal peserta kursus langsung diajarkan percakapan, bukan menggeluti struktur bahasa atau gramatika. Seluruh proses itu diwujudkan dalam aktivitas di kelas, termasuk pemutaran film atau pertunjukan musik.
"Awalnya, para pemula diajari alfabet berikut lafalnya, lalu percakapan sederhana," ujar Louisette, perempuan Indonesia yang sudah 20 tahun mengajar bahasa di CCF.
Selain ingin mampu berkomunikasi dalam bahasa Perancis, sejumlah alasan lain pun muncul dari para peserta. "Saya ikut kursus karena penasaran, bahasanya berbeda dengan yang lain," kata Ajun Komisaris Polisi Darwin Pardede (33), anggota Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Pardede pernah kursus di CCF selama 1,5 tahun. Juli nanti, atas biaya Pemerintah Perancis, selama 10 hari ia akan belajar cara kerja polisi dan bahasa Perancis. Pengalaman itu perlu, sebab Pardede juga mengajar bahasa Perancis kepada anggota Polri.
Siswa lain berkomentar. "Belajar bahasa Perancis lebih sulit dibandingkan bahasa Inggris. Masing-masing benda ada jenisnya, lelaki atau perempuan. Saya suka," tutur Laksmi Indriyah.
Ia sempat stres karena harus kursus lima kali seminggu, dan sekali kursus selama enam jam. "Untung lulus ujian Delf (ujian internasional bahasa Perancis dari Departemen Pendidikan Nasional Perancis-Red)," kata pegawai Kejaksaan Agung yang mendapat beasiswa belajar master ilmu hukum di Universite Aix-Marseille3.
Bagi Roy Septa Abimanyu, sebelum melanjutkan kuliah master bidang geopolitik di Perancis, ia merasa perlu memperdalam kemampuan berbahasa Perancis agar bisa lancar berkomunikasi di sana. "Lancar berbahasa tentu membantu mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari," ungkap Fida Muljono-Laurie, pimpinan Edu France Indonesia.
Kini CCF memiliki 50 guru, semua orang Indonesia yang sudah teruji dan fasih berbahasa Perancis. Bagi peserta kursus yang ingin melanjutkan ke tingkat lebih tinggi, CCF menyediakan kursus khusus untuk bisnis, sekretariat, turisme, dan perhotelan.
BERBEDA dengan yang lain, CCF di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, mulai membuka kursus bagi anak-anak. Ada 12 anak yang mengikuti dengan lama kursus 1,5 jam per hari, dua kali seminggu. Kelas anak-anak ini dibimbing Aida Zacky yang sudah mengajar 23 tahun di CCF. Anak-anak belajar melalui permainan seperti tebak-tebakan dan gambar.
Umumnya peserta anak-anak pintar berbicara karena ada yang pernah sekolah di sekolah Perancis, punya orangtua asal Perancis, atau karena ingin belajar seperti dialami Yudha. Orangtuanya memang tak ikut kursus bahasa Perancis, tetapi entah mengapa anak ini justru ketagihan mempelajarinya.
"Kalau aku dan adikku ingin bisa ngobrol sama nenek," ujar Francoaise sambil menunjuk adiknya, Nathan. Dua siswa itu tiap tahun berlibur ke rumah neneknya di Perancis, tetapi keduanya kesulitan berkomunikasi dengan sang nenek.
ini kursus nya gratis gak ?
ReplyDeletemakasiiih