Sunday, May 31, 2009

Bahasa Belanda Tidak Hanya bagi Orang Tua

BAGI sebagian anggota masyarakat, bahasa Belanda sering dinilai "milik" para orang tua. Padahal bagi mereka yang ingin memperdalam ilmu hukum, sejarah politik, dan budaya Indonesia, kemampuan berbahasa Belanda akan amat membantu. Bahkan, bagi mahasiswa jurusan Belanda, memperlancar kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Belanda masih diperlukan. Untuk itu, di antara mereka sering masih ada yang mengambil kursus bahasa di Erasmus Huis Jakarta.

"Kalau siswa datang sendiri untuk belajar, berarti mereka mempunyai motivasi tinggi untuk belajar," jelas Kees Groeneboer, Konselor Bahasa pada Pusat Bahasa Belanda Erasmus (Erasmus Taalcentrum Jakarta). Kees yang juga ahli linguistik Belanda itu mencontohkan, 85 persen peserta kursus bahasa Belanda umumnya lulus ujian. Dan mereka pasti menguasai bahasa Belanda karena memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Tentu saja, belajar bahasa di pusat-pusat kebudayaan amat berbeda dengan belajar di sekolah. Di pusat-pusat kebudayaan, mereka yang belajar bahasa mendapat bimbingan penuh. Dan Hans Groot yang juga konselor pada Erasmus Taalcentrum Jakarta menyebut, untuk belajar bahasa secara efektif butuh kelas kecil. "Guru akan lebih konsentrasi membimbing. Tetapi, bila kelas diisi 30 - 50 siswa, guru bisa stres," katanya. Karena itu, Hans Groot yang juga ahli linguistik bahasa Belanda menyatakan kelas kursusnya maksimal berisi 20 siswa.

Keadaan ini jelas berbeda dengan suasana di sekolah. Di sekolah, tiap kelas bisa diisi lebih dari 40 anak. Motivasi dan perhatian para siswa pun pasti tidak sama. Belum lagi kemampuan guru menyampaikan materi bahasan, yang mungkin tidak sefasih guru-guru di pusat-pusat kebudayaan.

Kehadiran lembaga kursus bahasa Belanda tidak hanya karena alasan sejarah, tetapi lebih disebabkan besarnya minat orang Indonesia belajar bahasa Belanda. Mula-mula, sekelompok pengunjung Pusat Kebudayaan Belanda (Erasmus Huis) yang didirikan tahun 1971 di Jalan Menteng Raya Jakarta ingin kursus bahasa Belanda. Kursus pun diadakan secara ngobrol. Entah mengapa, acara ngobrol-ngobrol santai ini cepat tersebar sehingga jumlah peminat terus meningkat. Keadaan ini mendorong Nederlandse Taalunie (Uni Bahasa Belanda)-organisasi kerja sama Pemerintah Belanda-Belgia dalam bidang bahasa Belanda-mendirikan Erasmus Taalcentrum Jakarta.

Pusat Bahasa Belanda yang terletak berdampingan dengan Pusat Kebudayaan Belanda itu-kini di Kuningan Jakarta Selatan-terus berkembang dan menjadi salah satu pilihan utama untuk belajar bahasa Belanda. Setiap tahun institusi itu meluluskan sekitar 1.500 peserta kursus.

BANYAKNYA peminat kursus bahasa Belanda tak bisa dipisahkan dari masa lalu. Sebagai bekas jajahan Belanda selama 3,5 abad, banyak sejarah negeri ini ditulis dalam bahasa Belanda. Kentalnya pengaruh hukum Belanda kepada hukum di Indonesia "memaksa" orang menguasai bahasa Belanda untuk memahami hukum yang berlaku di sini. Tetapi, ini semua tidak berarti bahwa bahasa Belanda hanya "bagi " orang-orang tua. Kurang yakin? Coba simak data peserta kursus. "Sebanyak 90 persen peserta kursus berusia 20-30 tahun. Mereka ingin studi, bekerja, atau karena ingin bisa fasih berbahasa Belanda," jelas Groeneboer.

Mengingat peserta kursus punya tujuan yang berbeda, Erasmus Taalcentrum selalu bertanya alasan belajar bahasa Belanda dan untuk apa butuh bahasa Belanda. Jawabannya akan menentukan metode pembelajaran bagi yang bersangkutan. Untuk mahasiswa ilmu hukum atau sejarah, guru menekankan bagaimana bisa membaca, mengerti, dan menerjemahkan teks yuridis atau historis.

Kalau untuk komunikasi, peserta diajari bagaimana ia paham ucapan lawan bicara, bertanya, dan menjawab pertanyaan. Ada alat bantu berupa buku, kamus, dan kaset. Selain itu, peserta kursus menggunakan laboratorium bahasa untuk latihan dan mengevaluasi kemahiran mendengar, mengucapkan kata, dan menulisnya.

Pelatihan singkat dan padat selama tiga bulan diterapkan kepada mereka yang akan bersekolah ke Belanda, seperti 12 perawat dari Maluku yang belajar ilmu keperawatan. Mereka harus belajar semua sisi kebahasaan selama lima jam per hari.

"Begitu selesai satu bab, langsung tes di lab. Kalau nilainya di bawah 75 persen dari total soal, kami tak lulus," tutur Yopi dari RSUD dr M Haulussy, Ambon. Ia beserta Semy, Sali, Jefri, Dian, Adri, Victor, dan lainnya harus belajar mendengar dan pengucapan setiap hari. "Biarpun sudah menerima bea siswa, jika tak lulus kursus, beasiswa akan gugur," kata Sali.

SECARA umum, tujuan pembelajaran bahasa Belanda di Indonesia oleh Erasmus Taalcentrum untuk berkomunikasi sehingga guru sejak awal melatih kemahiran percakapan, mendengar, dan membaca. "Menulis menjadi penekanan terakhir karena paling sulit," tutur Groot.

Bagaimana dengan gramatika yang sering menjadi "hantu" siswa Indonesia dalam belajar bahasa asing. "Kami mengajarkan sambil berjalan. Yang penting kami suka jika siswa berani berbicara. Kalau ada kata salah akan diperbaiki sambil berjalan. Lama-lama dia terlatih sendiri," tambahnya. Berdasar penekanan itu, tak heran jika Pusat Bahasa Belanda yang memiliki 11 kelas melengkapi diri dengan tiga lab bahasa.

Agaknya itulah kunci belajar bahasa asing di pusat-pusat bahasa. Di sini, belajar bahasa tidak terpaku pada tata bahasa, yang penting mampu berbicara secara benar. Tak heran bila Pusat Bahasa Belanda di Jakarta memakai moto "Bahasa Belanda menarik untuk diucapkan, menyenangkan untuk di dengar, dan mudah untuk dipelajari". (SOELASTRI SOEKIRNO)

1 comment:

  1. halo indah,,
    saya Ahmad, o iya, saya sedang belajar bahasa belanda tapi secara otodidak, dan saya ingin belar lebih. mohon bantuan. karena di Palembang belum ada kursus nya. terimaksih.

    ReplyDelete